A. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat
Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia
termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk berdagang,
menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama. Adapun sebab dan
tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut :
1. Mencari kekayaan
termasuk berdagang (Gold)
2. Mencari kemuliaan bangsa (Glory)
3. Menyebarkan agama (Gospel)
Sejak abad ke-3, rempah-rempah memang merupakan
bahan dagang yang sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang
Eropa berusaha mencari harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera.
Keinginan ini diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa
dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan
daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka
yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke
tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan
Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan
penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar
jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.
Pada awalnya, tujuan kedatangan
bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari para
petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri
di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah
yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini,
bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan
alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah,
bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya,
harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk
memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang
melakukan pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa
setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa
Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur
dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu
domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya.
Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi
penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
B. Kedatangan dan Terbentuknya Kekuasaan Kolonial di
Indonesia
1. Bangsa Portugis
Ekspedisi pertama untuk
mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh bangsa Portugis dan
Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda baru
melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini menemukan jalan ke
Indonesia.
Orang
Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah
Bartholomeus Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia
menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan, tetapi ia
gagal mencapai Indonesia. Setelah Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke
timur di Tanjung Harapan (Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke
Indonesia diteruskan oleh armada-armada Portugis berikutnya.
Armada
Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh
Vasco da Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497
dan berhasil melewati Tanjung Harapan. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda
(Afrika Timur), mereka bertemu dengan pedagang-pedagang Arab dan India.
Namun, jalan ke Asia Tenggara tetap dirahasiakan oleh para pedagang
tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Portugis
melanjutkan perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka harus
melewati perairan dengan ombak yang sangat besar. Daerah itu terletak di
timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh karena itu,
daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah).
Ekspedisi ini
kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang
disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da
Gama tiba di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang
Eropa dan India tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui
pantai timur Afrika. Namun, penemuan ini belum juga memuaskan bangsa
Portugis. Mereka ingin menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan
Maluku.
Pada waktu
itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat perdagangan yang
sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah
sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah
menguasai perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah dengan
merebut atau menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia
dimulai sejak kedatangan Alfonso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun
1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque
berhasil menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan
diterima dengan baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang
dan membangun benteng di Ternate.
2. Bangsa Spanyol
Pelopor berkebangsaan
Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah Christopher
Columbus, ia berlayar ke arah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di
sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal
mencapai India.
Setelah
Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah
rempah-rempah dipelopori oleh Ferdinand Magelhaens. Berbeda dengan armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan
berangkat melalui Samudera Atlantik. Setelah
melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke
Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. Ketika mencoba
mengatasi perang antarsuku di Cebu, Magelhaens terbunuh. Posisinya
kemudian digantikan oleh Del Cano. Dalam perjalanan kembali ke Spanyol,
mereka singgah di Tidore. Sejak saat itu,
terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu tidak
hanya dalam hal perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya
benteng Spanyol di Tidore. Sementara itu, Portugis yang membuka kantor
dagangnya di Ternate merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore.
Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah
lama bermusuhan. Dengan alasan tersebut, Portugis yang didukung pasukan
Tidore. Berhasil merebut Benteng Spanyol di Tidore. Namun, berkat
perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya mengadakan
perjanjian yang disebut Perjanjian Saragosa. Berdasarkan perjanjian itu,
Maluku dikuasai Portugis sedangkan Philipina dikuasai Sepanyol.
Isi Perjanjian Saragosa:
1. Daerah kekuasaan dan
pelayaran Portugis adalah dari Brazilia ke Timur sampai Halmahera
(Maluku).
2. Spanyol berkuasa atas Mexico ke Barat terus sampai
Phillipina.
3. Bangsa Inggris
Kedatangan bangsa Inggris
ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish. Dengan
mengikuti jalur yang dilalui Magelhaens, pada tahun 1579 Francis Drake
berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari
Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan
beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati
jalur yang sama.
Pengalaman
kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran
internasionalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol,
menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu
Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian
Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim
armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor
berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal
mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di
selat Malaka.
Awal abad
ke-17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut
catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC
mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh,
Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.
Walaupun
demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat
lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan
aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota
perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.
4. Bangsa Belanda
Armada Belanda yang pertama
berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van Neck, namun ekspedisi ini
gagal. Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda dipimpin Cornelis de
Houtman dan Pieter de Kaizer berangkat menuju Indonesia. Mereka menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke Tanjung
Harapan. Dari sana, mereka mengarungi Samudera Hindia dan masuk ke
Indonesia melalui Selat Sunda lalu tiba di Banten.
Armada
ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar.
Selain itu, hubungan antara Banten dan Portugis masih baik. Kemudian
dari Banten, armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli
rempah-rempah namun ternyata gagal mencapai Maluku. Cornelis de Houtman
tiba kembali di negerinya pada tahun 1597 dan ia disambut sebagai penemu
jalan ke Indonesia.
Setelah de
Houtman, armada Belanda datang ke Indonesia susul-menyusul. Hal ini mengakibatkan lalu lintas Indonesia – Belanda menjadi
ramai. Armada Belanda yang pertama mencapai
Maluku adalah armada kedua. Mereka berhasil melakukan pembelian
remapah-rempah di sana.
Pada awalnya,
Belanda memang gagal menghadapi persaingan dengan Portugis, baik di
Maluku maupun di pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Namun, karena
armada Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit demi sedikit
armada Portugis mulai terdesak. Akhirnya Portugis terusir dari Maluku
dan itu menandai era kolonialisme Belanda di Indonesia. Sejak saat itu,
pedagang-pedagang Belanda semakin banyak yang datang ke Maluku.
Lahirnya VOC
Untuk mengatasi persaingan diantara
pedagang-pedagang Belanda sendiri, pada tanggal 20 Maret 1682 Belanda
membentuk VOC (Vereenigde OostIndische Compagnie) atau
persekutuan Dagang Hindia Timur atas usulan Johan Van Oldenbarneveld.
Tujuan pembentukan VOC tidak lain adalah menghindari persaingan antar
pengusaha Belanda (intern) serta mampu menghadapi persaingan dengan
bangsa lain terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern).
VOC dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan Tujuh Belas) yang
berkedudukan di Amsterdam. Oleh Pemerintahan Belanda, VOC diberi oktroii (hak-hak istimewa). Artinya dengan hak-hak tersebut
berarti VOC memiliki kekuasaan seperti suatu negara. Mereka dapat
bertindak bebas tanpa harus konsultasi terlebih dulu dengan pemerintah
Belanda di negeri induk. Hak-hak istimewa tersebut adalah sebagai
berikut:
- Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia
- Memonopoli
perdagangan
- Mencetak
dan mengedarkan uang sendiri
- Mengadakan
perjanjian
- Menaklukkan
perang dengan negara lain
- Menjalankan
kekuasaan kehakiman
- Pemungutan
pajak
- Memiliki
angkatan perang sendiri
- Mengadakan
pemerintahan sendiri
Untuk melaksanakan
kekuasaannya di Indonesia diangkatlah jabatan Gubernur Jenderal VOC,
seperti Pieter Both yang merupakan Gubernur Jenderal VOC pertama yang
memerintah tahun 1610 – 1619 di Ambon. Jan Pieterzoon Coen, merupakan
Gubernur Jenderal kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke
Jayakarta (Batavia) karena letaknya strategis di tengah-tengah Nusantara
sehingga memudahkan pelayaran ke Belanda. Sedangkan dalam melaksanakan
pemerintahan, VOC banyak mempergunakan tenaga bupati. Sementar bangsa
Cina dipercaya untuk pemungutan pajak dengan cara menyewakan desa selama
waktu yang ditentukan.
Setelah
berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan kekuasaan dengan pendekatan
serta campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara, antara
lain Mataram, Banten, Banjar, Sumatra, Gowa, serta Maluku. Akibat hak
monopoli yang dimilikinya, VOC memaksakan kehendaknya sehingga
menimbulkan permusuhan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Untuk
menghadapi perlawanan bangsa Indonesia VOC meningkatkan kekuatan
militernya serta membangun benteng-benteng seperti di Ambon, Makasar,
Jayakarta dan lain-lain.
Cara Belanda Memeroleh Monopoli
Perdagangan di Nusantara
1. Melakukan pelayaran Hongi (Hongi Tockten) untuk memberantas penyelundupan. Tindakan
yang dilakukan VOC adalah merampas setiap kapal penduduk yang menjual
langsung rempah-rempah kepada pedagang asing seperti Inggris, Perancis
dan Denmark. Hal ini banyak dijumpai di pelabuhan bebas
Makasar.
2. Melakukan Ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman milik rakyat.
Tujuannya adalah mepertahankan agar harga rempah-rempah tidak merosot
bila hasil panen berlebihan (over produksi).
3. Perjanjian dengan
raja-raja setempat, terutama yang kalah perang wajib menyerahkan hasil
bumi yang dibutuhkan VOC dengan harga yang ditetapkan VOC. Penyerahan
wajib disebut Verplichte Leverantie.
4. Rakyat wajib menyerahkan
hasil bumi sebagai pajak, yang disebut dengan istilah Contingenten.
Namun, seiring dengan
perubahan permintaan dan kebutuhan di Eropa dari rempah-rempah ke
tanaman industri yaitu kopi, gula dan teh maka pada abad ke-18 VOC
mengalihkan perhatiannya untuk menanam ke tiga jenis barang komoditi
tersebut. Misalnya tebu di Muara Angke (sekitar
Batavia), kopi dan teh daerah Priangan.
Kemunduran VOC
Pada pertengahan abad ke-18 VOC
mengalami banyak kemunduran karena beberapa hal sehingga pada akhirnya
dibubarkan. Berikut ini adalah sebab-sebab kemunduran VOC:
1. Banyak pegawai VOC yang
curang dan korupsi.
2. Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang
melawan Sultan Hasanuddin dari Gowa.
3. Banyaknya gaji yang harus
dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak.
4. Pembayaran Devident
(keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan
VOC kekurangan.
5. Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan
Perancis.
6. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik
Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal yang menganjurkan perdagangan
bebas.
Berdasarkan alasan di atas
akhirnya VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan hutang
136,7 juta Gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang,
gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia.
C. Dampak Positif dan Negatif Kedatangan Bangsa Eropa di
Indonesia
- Dampak
Positif
Setelah kedatangan bangsa Eropa di Indonesia,
kemajuan bangsa Indonesia bertambah. Adapun beberapa manfaat atas
kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Banyaknya dibangun
pelabuhan-pelabuhan sehingga Indonesia menjadi pusat perdagangan di Asia
tenggara terutama di daerah Malaka.
2. Setelah kedatangan bangsa
Eropa di Indonesia banyak berdiri pusat-pasat Industri yang dapat
mengurangi angka penganguran di Indonesia.
3. Dibangunnya sarana jalan
darat (jalan raya) sehingga antara kota yang satu dengan yang lainnya
terasa dekat.
4. Didirinya sekolah yang dapat mencerdaskan para generasi
penerus bangsa Indonesia.
- Dampak
Negatif
Setelah kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia
bangsa Eropa beralih keinginan untuk untuk menjajah bangsa Indonesia
sehingga terjadilah peperangan di mana-mana. Adapun dampak negatif
kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah:
1. Para warga Indonesia
merasa tertindas dengan kedatangan bangsa Eropa yang selalu bersikap
semena-mena terhadap bangsa Indonesia.
2. Terjadinya pemberontakan
dimana-mana yang mengakibatkan banyak nya warga Negara Indonesia yang
meninggal.
3. Bangsa Eropa mengadu domba seluruh masyarakat Indonesia.
4. Terjadinya perebutan
kekuasaan yang dilakukan oleh Bangsa Eropa terhadap bangsa Indonesia
yang akhirnya banyak menelan korban para warga Indonesia.
5. Warga Indonesia merasa
tidak bebas dengan adanya bangsa Eropa di Indonesia.